10 Agustus 2025 – Sekitar 900 ribu warga Palestina di Gaza City kini menghadapi ancaman pengusiran massal. Hal ini menyusul persetujuan kabinet keamanan Israel atas rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melakukan pendudukan militer di kota terbesar di Jalur Gaza. Langkah ini dipandang sebagai eskalasi serius dan dikhawatirkan akan memicu pemindahan paksa warga yang sudah terjebak dalam kondisi kelaparan akibat blokade bantuan kemanusiaan.
Gaza City saat ini menjadi lokasi bagi hampir satu juta orang. Kekacauan mulai terjadi setelah keputusan kabinet Israel pada Jumat, yang mengesahkan rencana pendudukan tersebut. Informasi terbaru menunjukkan bahwa meskipun Israel belum menetapkan waktu pasti untuk pengambilalihan, pergerakan pasukan sudah terlihat di sepanjang perbatasan selatan Israel dan Gaza.
Pemindahan paksa hingga 900 ribu warganya diperkirakan akan berlangsung beberapa minggu. Rencana jangka panjang Israel tidak hanya meliputi penguasaan keamanan wilayah, tetapi juga mencakup pembentukan administrasi sipil alternatif di luar Hamas dan Otoritas Palestina, yang diperkirakan bisa berlangsung bertahun-tahun.
Di tengah situasi yang semakin tegang, serangan Israel terus berlanjut. Sejak Jumat pagi, setidaknya 36 orang dilaporkan tewas, di antaranya 21 orang yang sedang berusaha mendapatkan bantuan. Satu di antara serangan tersebut melibatkan drone Israel yang menargetkan Bani Suheila, di mana dua warga Palestina dilaporkan tewas. Selain itu, seorang warga juga tewas akibat tembakan saat mencari bantuan di Gaza utara.
Pihak yang mengelola distribusi bantuan, termasuk Yayasan GHF yang didirikan oleh Israel dan Amerika Serikat, berencana untuk membuka 12 lokasi distribusi baru di Jalur Gaza, meskipun terdapat kontroversi mengenai keberadaan mereka.