Thebatterysdown.com – Strategi pemasaran Fear of Missing Out (FOMO) dan Word of Mouth (WOM) kini menjadi fokus utama dalam dunia digital. Para ahli menilai bahwa penerapan kedua strategi ini sangat krusial untuk meningkatkan performa bisnis, khususnya dalam kampanye pemasaran di era modern.
FOMO, yang menciptakan urgensi bagi konsumen untuk segera mengambil tindakan, dan WOM, yang memberikan validasi sosial untuk keputusan pembelian, diakui sebagai dua pilar penting dalam komunikasi merek. Perkembangan teknologi, termasuk Internet of Things (IoT), telah makin mengukuhkan posisi FOMO dan WOM, menjadikannya lebih dari sekadar tren sesaat. Keduanya memiliki dampak jangka panjang yang signifikan terhadap perilaku konsumen.
Konsumen saat ini lebih kecanduan pesan pemasaran yang didorong oleh emosi dan norma sosial. Menurut Robert Cialdini, seorang pakar psikologi sosial, prinsip kelangkaan dari FOMO menunjukkan bahwa konsumen cenderung berusaha lebih cepat untuk mendapatkan produk yang terbatas. Sementara, WOM beroperasi berdasarkan bukti sosial, di mana keputusan akan lebih didukung jika orang lain juga melakukan hal serupa.
FOMO sering digunakan dalam promosi yang bersifat terbatas, seperti penawaran waktu singkat dan peluncuran produk eksklusif. Di sisi lain, WOM berkembang melalui rekomendasi dari konsumen kepada konsumen lain, yang meningkatkan kepercayaan pada merek berdasarkan pengalaman nyata. Jonah Berger dari Wharton School menegaskan bahwa WOM adalah faktor determinan dalam 20 hingga 50 persen keputusan pembelian, lebih efektif dibandingkan iklan tradisional.
Secara keseluruhan, FOMO dan WOM saling melengkapi dalam menciptakan strategi pemasaran yang inovatif dan efektif, serta menjadi kunci dalam ekosistem pemasaran digital saat ini.