Thebatterysdown.com – Indonesia menghadapi tantangan signifikan dalam transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Menurut kajian Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, kemampuan pendanaan untuk mitigasi perubahan iklim di negara tersebut hanya mencapai 34 persen dari yang dibutuhkan. Mengingat besarnya dana yang diperlukan, pemerintah mendorong investasi global untuk mendukung upaya ini.
Pemerintah telah membentuk Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), yang berfokus pada pembiayaan proyek strategis, termasuk pengembangan energi hijau. Proyek ini bertujuan untuk mempercepat implementasi EBT di Indonesia, seperti perluasan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Presiden Prabowo Subianto menyatakan, Danantara akan menggelontorkan dana besar untuk fokus pada 20 proyek nasional, termasuk EBT, guna mencapai kemandirian energi.
Dalam upaya mendorong sinergi, Danantara juga telah berinisiatif menggalang kerjasama antara PT PLN dan PT Pertamina untuk pengembangan energi panas bumi. Kerjasama ini diharapkan dapat mempercepat pencapaian target EBT dalam bauran energi nasional. Selain itu, Danantara meluncurkan Patriot Bonds, dengan target penggalangan dana sebesar 3,1 miliar dolar AS untuk proyek-proyek strategis, termasuk pengelolaan sampah menjadi energi.
Meskipun Danantara telah dibentuk, penggalangan dana untuk transisi energi masih harus dilanjutkan. Beberapa komitmen internasional sudah diperoleh, antara lain dari Denmark yang menyiapkan dana hibah global sebesar 500 juta dolar AS per tahun. Dalam konteks ini, skema Energy Transition Mechanism (ETM) juga diperkenalkan untuk mempercepat penutupan PLTU dan mendorong investasi energi bersih. Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan Indonesia dapat mencapai target ambisius dalam transisi energi terbarukan.