Sinergi Islam dan Konfusianisme untuk Keadilan Global yang Berkelanjutan
22 Agustus 2025 – Di tengah gejolak geopolitik dan persaingan ekonomi global, dialog antarperadaban kembali menjadi perhatian utama dalam diplomasi internasional. China, melalui inisiatif Global Civilization Initiative (GCI) yang diusung oleh Presiden Xi Jinping, menjadikan pembelajaran bersama lintas peradaban sebagai pilar penting dalam kebijakan luar negerinya.
Dari tanggal 10 hingga 14 Agustus, Chinese Academy of Social Sciences (CASS) di Beijing menjadi tuan rumah konferensi internasional yang dihadiri oleh pakar dari hampir 20 negara. Salah satu sesi penting mengupas konfluensi antara Islam dan Konfusianisme , dua tradisi moral yang memiliki pengaruh signifikan dalam tatanan global.
Bagi Indonesia, yang memiliki populasi Muslim terbesar dan merupakan mitra strategis China, forum ini menawarkan peluang untuk menghubungkan dua dunia tersebut. Sejarah menunjukkan adanya interaksi antara keduanya yang sudah berlangsung lama. Pada abad ke-15, armada Laksamana Zheng He, seorang Muslim, berlayar ke Nusantara dan membawa serta pertukaran pengetahuan dan diplomasi.
Pertemuan yang terjadi di masa kini meski dalam konteks yang berbeda, tetap memiliki resonansi yang diharapkan dapat memperkuat posisinya dalam sistem internasional yang multipolar. Melalui GCI, China berupaya menegaskan peran tidak hanya sebagai kekuatan ekonomi, tetapi juga sebagai pembentuk norma global.
Indonesia, dengan potensi strategisnya, dapat memanfaatkan inisiatif ini untuk memperluas kerja sama di berbagai bidang, termasuk dalam pembentukan etika dalam teknologi dan keberlanjutan lingkungan. Namun, agar tidak hanya menjadi simbolis, dialog yang dilakukan harus mampu mengatasi perbedaan dan mendalami kerjasama yang nyata. Kesiapan teknis dan diplomatik menjadi hal krusial agar Indonesia dapat memimpin narasi dan menciptakan kebijakan yang berdampak nyata.



Post Comment